Apa yang bisa dimakan vegetarian di Suzhou?
membagikan
"Sup ini sudah dimasak sejak era Republik," kata sang koki sambil mengaduk panci besi besar. "Kami menambahkan air setiap hari, tetapi kuahnya tidak pernah kering." Aroma jamur berpadu dengan aroma kayu bakar, mengingatkan pada sup vegetarian yang dimasak di kuil-kuil Singapura. Ternyata, cita rasa Suzhou yang paling autentik tersembunyi di dapur-dapur kuil.
1. "Mie Luohan" Kuil Xiyuan
Pada tahun 1930, Master Xuyun tinggal di sini dan menciptakan hidangan mi ini menggunakan delapan belas jenis sayuran, yang melambangkan delapan belas Luohan (arhat Buddha). Hingga saat ini, sang master masih berpegang teguh pada prinsip "rebung musim semi, jamur musim dingin, terong musim panas, dan akar teratai musim gugur." Bulan lalu, saya kebetulan melihat seorang biksu muda mencuri gluten, dan ia tertangkap basah. Sang master tersenyum dan berkata, "Bahkan Buddha pun menyukai kelezatan renyah ini."
Cara menyantap: Pertama, teguk kuah aslinya tiga kali, lalu campurkan pasta wijen, dan terakhir tekan gluten goreng ke dalam kuah hingga mengeluarkan suara bergelembung. Penduduk Suzhou kuno menyebutnya "Mianjintanqi" (desahan gluten).
2. "Roti Penyesalan" Gunung Lingyan
Konon, pada masa Dinasti Ming, seorang saudagar kaya menciptakan roti vegetarian ini untuk menebus dosa-dosanya. Roti ini diisi dengan dompet gembala dan tahu, lalu dibagikan kepada para peziarah. Kini, setiap pagi, para lansia setempat terlihat berbaris dengan keranjang bambu untuk menyantap roti vegetarian ini. Mereka berkata, "Mencicip roti vegetarian ini seperti merasakan lonceng pagi kuil gunung di mulut Anda."
3. "Tiga Ikan Putih" Kebun Wang
Legenda: Pada masa Qianlong, untuk menyenangkan ibunya yang vegetarian, pemilik kebun meminta seorang koki untuk membuat ulang "Tiga Ikan Putih Danau Taihu" (ikan putih, udang putih, dan ikan gabus) menggunakan bahan-bahan yang sepenuhnya vegetarian. Versi modernnya bahkan lebih istimewa—kastanye air diukir menyerupai ikan, ubi setipis sayap jangkrik, dan jamur tiram raja disuwir-suwir seperti udang.
Adegan: Hidangan ini paling nikmat dinikmati di malam hari di Taman Wang. Ketika opera *Paviliun Peony* bernyanyi, "Bagaimana mungkin seseorang menolak waktu dan pemandangan yang indah?", seorang pelayan membawa hidangan ini melintasi jembatan yang berliku; di bawah cahaya lilin, hidangan vegetarian ini tampak seperti ukiran batu giok.
4. Bubur Manis Pan Yulin: Surat Cinta Berusia Seabad
Latar Belakang Cerita: Pada masa Republik, tuan muda keluarga Pan menulis surat cinta kepada seorang siswi setiap hari di kedai bubur keluarganya untuk merayunya. Kemudian, ketika keluarga siswi tersebut jatuh miskin, ia diam-diam menyembunyikan dolar perak di dalam bubur. Kini, keturunan generasi ketujuh dari keluarga Pan ini masih melantunkan motto keluarga saat memasak: "Manis tapi tidak memuakkan, penuh kasih tapi tidak memuakkan."
Dalam dialek Suzhou, hidangan ini disebut 'Su Du Xian'. 'Du' berarti dimasak perlahan dengan api kecil, dan 'Xian' mengacu pada rasa alami bahan-bahannya. Bukankah ini ciri khas orang Suzhou?
Memang, hidangan vegetarian di sini tidak pernah mewah, namun setiap panci berisi warisan budaya ribuan tahun. Seperti jendela-jendela berjeruji di Taman Lingering, tampak sederhana, namun memungkinkan seberkas cahaya menelusuri lintasan lukisan pemandangan.
Suatu pagi, saya sedang minum teh di sebuah kebun ketika saya melihat seorang tukang kebun tua sedang memangkas wisteria. Ia tersenyum dan berkata, "Kalian para vegetarian paling mengerti. Hidangan vegetarian yang baik itu seperti kebun ini; ia butuh ruang, ia butuh bernapas."